WELCOME TO MY WORLD "SCRAPTION"

Sabtu, 05 Juni 2010

LEGO

LEGO bricks, mainan kesukaan banyak anak. Sama halnya dengan Jesse dan Karin, kedua anak kami yang sangat menggemari kegiatan pasang-memasang balok-balok mungil dari plastik yang berwarna-warni itu. Untuk membuat berbagai macam bentuk, panjang pendek, besar kecil. Pasang, lalu dicopotin, untuk dipasang lagi, dan seterusnya.
Mulai dari DUPLO untuk bayi sampai BIONICLE dan EXOFORCE untuk anak-anak sampai usia remaja, semuanya adalah produk-produk LEGO yang sangat banyak diberikan pada anak-anak dengan harapan dapat merangsang daya imajinasi dan kreativitas. Besar kecil, tua muda, kebanyakan dari kita sudah pernah main LEGO. Maka tidaklah heran bahwa usaha wisata Legoland (http://www.legoland.de/) yang dikelola oleh Merlin Entertainments Group (perusahaan Inggris) boleh dibilang sangat sukses.
Cerita ini mencatat tentang kunjungan kami sekeluarga ke Legoland Deutschland bersama dengan teman kami dari Frankfurt dan Mainz yang juga punya anak-anak seusia Jesse dan Karin. Perjalanan sejauh 300 km lebih ke arah Tenggara itu kami tempuh dengan mobil, menggabungkan rekreasi camping 2 malam (http://bataviarose.multiply.com/journal/item/70) dengan tamasya satu hari di Legoland.
Pagi hari, bangun dari tidur di dalam tenda dan seusai sarapan, kami berangkat ke Günzburg yang sangat dekat dengan lokasi camping kami di Leipheim. Di perjalanan, Karin dan Jesse tidak sabar menunggu masuk ke taman rekreasi. Untuk kami semua, itu adalah pertama kalinya berkunjung ke sana. Saya tidak lupa membawa baby stroller untuk Karin, tas kamera, jas hujan, dan print-out karcis yang sudah saya beli secara online melalui website Legoland, dan tukarkan dengan one-day pass di loket karcis.
Di bulan Agustus, yang merupakan high season untuk industri pariwisata di Eropa (karena kebanyakan anak sekolah sedang liburan), Legoland Deutschland buka dari jam 10 pagi sampai jam 9 malam. Pada masa-masa yang agak sepi (pertengahan minggu dari bulan April sampai Juni dan akhir September sampai akhir Oktober), taman rekreasi ini sudah tutup jam 6 sore. Karena kebanyakan atraksi nya outdoors, maka selama musim dingin (November minggu kedua sampai minggu pertama April) tutup.
Begitu sampai di area Legoland di Günzburg, ada pemandu lapangan parkir yang meng-usher mobil-mobil masuk ke jalur yang benar. Dengan demikian, prosedur parkir nya sangat rapih dan teratur. Jarak dari lapangan parkir ke pintu masuk hanya sepelemparan batu. Biaya parkir hanya EUR 4.- dan jika dibanding dengan banyak entertainment parks lainnya, ini boleh dibilang murah. Ketika kami berjalan mendekat ke gerbang masuk, sudah kelihatan berbagai figur LEGO raksasa, yang langsung menyambut dengan hangat.
Di dalam Legoland, Jesse dan Karin langsung bersorak kegirangan. Gimana nggak, ke mana pun pandangan kita layangkan, selalu terlihat bentuk-bentuk lego. Bahkan lampu penerangan jalan, bangku-bangku taman dan pagar serta atap bangunan-bangunan di dalam park tampil dengan LEGO-style.
Antrian di mana-mana terlihat cukup panjang, tapi ya namanya lagi liburan sekolah. Kebanyakan pengunjung park adalah orang Jerman (terdengar dari bahasa orang-orang yang berlalu-lalang), namun sesekali terdengar juga logat Swiss, Austria, dan bahasa-bahasa Eropa lainnya.
Karena Karin ketiduran (padahal belum sempat main apa-apa), saya nungguin dia di bawah pohon yang rindang (tadinya kirain bakalan hujan, eh malah matahari terik menyengat kulit), sementara Joice dan Jesse beserta kel. Effendy (teman kami dari Mainz) mengantri di LEGO X-Treme roller coaster. Wajah LEGOnya sangat cocok karena roller coaster ini (walau diberi nama "x-treme") dibuat untuk anak-anak seumur Jesse ke atas.
Ada bermacam-macam atraksi lain, seperti BIONICLE Power Builder yang antriannya lumayan sepi karena banyak orang tua yang tidak mengijinkan anak mereka dikocok-kocok jungkir-balik. Mungkin takut anaknya muntah. Tapi Jesse sangat enjoy (dan bangga) naik lengan sosok BIONICLE dan diputar-putar sambil melonjak naik turun. Tentu saya tidak bilang padanya bahwa saya pesan pada operator nya minta yang level 1 dan 2 (level 3 adalah yang tertinggi dan paling keras goyangannya).
Untuk berteduh dari matahari yang panas, saya ajak Jesse ke LEGO Fabrik, untuk nonton bagaimana cara LEGO dibuat. Mulai dari sejarah dan video dokumenter yang ditayangkan di layar, sampai tour keliling sebuah factory LEGO sungguhan (betulan dibuat dari plastic pellets sampai dibentuk dan diberi stempel logo berwarna), Jesse sangat terpukau. Saya perhatikan, rata-rata anak-anak lain juga senang sekali bisa interaktiv mempelajari apa yang terjadi di dalam setiap langkah pembuatan bongkahan-bongkahan dan lempengan-lempengan warna-warni. Setiap pengunjung diizinkan untuk membawa LEGO bricks yang dibuat di dalam LEGO Fabrik itu, lengkap dengan stempel "Legoland Deutschland" (dibilangnya cuma boleh bawa 1, tapi kalo ada yang mau ambil lebih juga nggak pa pa).
Dijemput Joice dan Karin yang baru datang dari atraksi untuk toddlers, kami pergi naik kereta ikut "Safari tour", kereta api warna-warni yang biasanya kita kenal dalam ukuran kecil, yang sering kita jumpai di etalase-etalase toko mainan. Rasanya seperti kita menjadi kecil, menjadi seukuran dengan orang-orangan LEGO. Masuk ke dalam kereta, keliling park melihat-lihat ada atraksi apa saja yang menjadi incaran berikutnya.
Miniland, itulah tujuan saya berikutnya. Di sini kami pencar, karena Jesse dan Karin ingin ke atraksi Ritterturnier (Ritter = knights) yang ada kuda-kudaannya, ceritanya para prajurit abad pertengahan yang sedang siap bertempur. Pertempuran à la LEGO tentunya. Tiba di Miniland, saya langsung betah. Ini adalah minatur dari beberapa lokasi pilihan Eropa, yang terkenal karena sejarahnya, karena keindahannya atau karena keduanya. Juga Münchner Allianz-Arena yang dipakai untuk pembukaan piala dunia sepakbola 2006 tampil di sini. Rasanya nggak mau pulang! Si anak kecil dalam diri saya, yang waktu kecil tidak pernah punya banyak mainan LEGO, tercengang dan ternganga, mengagumi setiap detail yang terpasang di setiap sudut jalan, atap gereja tua, gerobak penjual sayur, atau perahu kecil yang mondar-mandir. Bagi saya, jelas Miniland ini adalah klimaks dari Legoland. Foto-foto bisa dilihat di http://bataviarose.multiply.com/photos/album/39.
Bagi Jesse dan Karin, klimaksnya adalah sekolah mengemudi LEGO: Audi LEGOLAND "Junior Fahrschule" yang mengajarkan peraturan-peraturan mengemudi mobil selama 45 menit dan "praktek mengemudi" dengan mesin diesel kecil selama 15 menit. Sebetulnya Jesse ingin ikut yang "Fahrschule" namun karena ia belum genap berumur 7 tahun maka ia harus puas dengan versi anak kecil (mobil-mobilan ber-akku). Hasil dari ikut sekolah mengemudi ini adalah sepotong kartu Legoland-Führerschein. Anak-anak, terutama Karin, bangga sekali.
Selesai makan di sebuah fast-food restaurant yang menu nya hanya mencatat sekitar 10 macam hal yang berbeda plus berbagai jenis minuman, kami mulai letih dan jadi lebih slow down... Guna mengatasi rasa kantuk dan untuk mencerna, kami ngantri di Tret-O-Mobil, sebuah kereta kayuh yang muat 4 orang, dan 2 dari kami ini bisa mengayuh seperti naik sepeda. Asik juga, itung-itung "nurunin makanan" sambil melihat pemandangan. "Panoramic view" dari atas rel yang tingginya sekitar 15 meter dari tanah itu cukup bagus. Kalau melihat ke bawah, rasanya jiper juga....
Ada banyak shows dan pertunjukan di Legoland, tapi berhubung kami hanya ke sana untuk 1 hari, kami lebih banyak menikmati atraksi lainnya. Dari sekian banyak tontonan, kami hanya masuk ke "bioskop 4D" dan nonton film "Der Zauberschwur", tentang si dukun Merlin yang jahat dan akhirnya segala rencananya digagalkan oleh seorang pahlawan. Jika dibandingkan dengan 3D movie andalan Disney parks "Honey I shrunk the audience" yang sudah ketinggalan jaman, maka film hi-tech yang mutu gambar dan suaranya sangat luar biasa jernih ini memang menghadirkan berbagai sosok ke tengah-tengah penonton, dibantu dengan special effects berupa api, air dan salju... Luarrr biasa...
Sebelum pulang, kami bersantai-santai di DUPLO Playground, sebuah playground luas yang diperuntukkan toddlers. Lantainya dari bahan karet supaya jika ada yang jatuh tidak terlalu sakit. Segala mainannya, mulai dari ayunan, sampai rumah-rumahan, berbentuk LEGO DUPLO (versi LEGO untuk anak-anak yang masih kecil).
Masih ada beberapa atraksi lainnya yang kami kunjungi dalam satu hari itu, namun pengalamannya setiap kali selesai menyaksikan sebuah atraksi selalu sama: anak-anak bersorak kegirangan. Dengan demikian, kunjungan satu hari kami boleh dibilang sangat berhasil. Karena aktivitas camping kami pun sangat menyenangkan buat anak-anak, dalam perjalanan pulang dari Günzburg - Leipheim kami sudah berharap dalam hati untuk dapat mengunjungi Legoland di Bilund, Denmark. Atau ke Legoland Discovery Centre yang akan dibukan April 2007 nanti di Berlin? Katanya, the first indoor Legoland...


                                                                  contoh pict

                                  


      





Tidak ada komentar:

Posting Komentar